BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan remaja, mahasiswa mampu:
1. menjelaskan
hakikat pertumbuhan dan perkembangan;
2.
menjelaskan prinsip perkembangan;
3.
menjelaskan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan;
4. menjelaskan keterkaitan kematangan dan
pengalaman dalam perkembangan
remaja.
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan
Di
dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam kandungan sampai
meninggal di dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan dalam
dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara bergantian. Keduanya
tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung satu dengan lainnya
bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.
Hasil pertumbuhan itu berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan
anak, seperti panjang, berat, dan kekuatannya demikian pula pertumbuhan itu
tampak pada makin sempurnanya syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani.
Dengan demikian pertumbuhan dapat dikatakan sebagai proses perubahan dan
kematangan fisik.
Werner pada 1957 (Sunarto, dkk,
1994: 31) menjelaskan bahwa "perkembangan sejalan dengan prinsip
orthogenetis, berlangsung dari keadaan global dan kurang berdeferensiasi sampai
ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara
bertahap". Dapat dikata konsep perkembangan itu mengandung unsur
keseluruhan (totalitas) dan berkesinambungan yang berlangsung secara bertahap.
Selanjutnya Libert, Paulus dan Stauss (Singgih, 1990: 31) merumuskan arti
perkembangan yaitu: "perkembangan adalah proses perubahan dalam
pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan
lingkungan". Selain itu
perkembangan proses perubahan akibat dari pengalaman. Istilah perkembangan dapat mencerminkan
sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak.
Perubahan-perubahan meliputi
beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan dimaksud dapat dikategorikan
menjadi empat yaitu: (1) perubahan dalam ukuran; (2) perubahan dalam
perbandingan; (3) berubah untuk mengganti hal-hal yang lama; dan (4) berubah
untuk memperoleh hal-hal yang baru.
Soesilo Windradini (1995: 2) menyatakan bahwa perkembangan individu tidak
berlangsung secara otomatis, tetapi perkembangan tersebut sangat bergantung
pada beberapa faktor, yaitu: (1) heriditas, (2) lingkungan, (3) kematangan
fisik dan psikis, dan (4) aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan,
dalam arti anak bisa mengadakan seleksi, bisa menolak dan menyetujui serta
mempunyai emosi.
Perubahan dalam
perkembangan bertujuan untuk memperoleh penyesuaian diri terhadap lingkungan di
mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan
maka realisasi diri “aktualisasi diri” sangat penting perannya.Realiasasi diri
memainkan peran penting dalam kesehatan mental, maka seseorang yang berhasil
menyesuaikan diri dengan baik secara pribadi dan sosial harus mempunyai
kesempatan untuk mengungkapkan minat dan keinginannya dengan cara memuaskan
dirinya. Tetapi pada saat yang sama harus
menyesuaikan dengan standar-standar yang diterima. Kurangnya kesempatan berdampak pada
kekecewaan dan sikap-sikap negatif terhadap orang lain dan bahkan terhadap
kehidupan pada umumnya.
Perubahan-perubahan baik fisiologis maupun
psikologis tidak semua orang menyadarinya, kecuali terjadinya perubahan itu
secara mendadak, cepat, dan mempengaruhi
pola kehidupan mereka. Suatu bukti
hampir semua orang takjub terhadap masa pubertas, pertumbuhan melonjak dari
akhir masa kanak-kanak ke awal masa remaja.
Sama halnya dengan usia lanjut ketika proses penuaan terus berlangsung
seseorang telah menyadari bahwa kesehatan mulai “berkurang” dan pikiran mulai
“mundur” sehingga perlu ada penyesuaian
baru terhadap perubahan dalam pola kehidupan mereka.
Pada saat individu menyadari bahwa
dalam dirinya ada perubahan-perubahan maka mereka akan mengambil sikap terhadap
perubahan-perubahan ini. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi sikap individu terhadap perubahan dalam
perkembangan. Adapun faktor dimaksud
adalah:
1)
Penampilan diri
Perubahan-perubahan
yang meningkatkan penampilan diri seseorang akan diterima dengan senang hati
dan mengarah kepada sikap yang menyenangkan.
Sedangkan perubahan-perubahan yang mengurangi penampilan diri akan
ditolak dengan segala cara dan diupayakan untuk menutupinya.
2)
Perilaku
Kalau
perubahan-perubahan cenderung ke arah yang memalukan maka akan berpengaruh pada
sikap terhadap perubahan yang kurang menyenangkan, sebaliknya bilamana
perubahannya menyenangkan maka akan berpengaruh pada sikap yang menyenangkan
pula.
3) Setereotip Budaya dan Nilai Budaya
Setereotip
budaya akan dipakai untuk menilai individu pada usia-usia tertentu. Setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai
tertentu yang dikaitkan dengan usia-usia yang berbeda. Usia produktif (kebudayaan Amerika) menuntun
kita bahwa sikap terhadap kelompok usia dewasa ini lebih menyenangkan daripada
usia-usia lainnya (remaja dan usia
lanjut).
4) Perubahan peranan
Sikap
terhadap seseorang dari lapisan usia sangat dipengaruhi oleh peran yang mereka
mainkan. Bila seseorang mengubah
perannya, kurang senang, misalnya pensiun atau menjanda, maka sikap masyarakat
terhadap mereka menjadi kurang simpatik.
5) Pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadi mempunyai pengaruh besar terhadap sikap individu dalam menghadapi
perubahan yang terjadi dalam perkembangan.
Sikap terhadap penuaan menjadi kurang menyenangkan. Sikap ini dipertanjam oleh sikap-sikap sosial
yang kurang menyenangkan.
B. Prinsip-prinsip Perkembangan
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan perkembangan individu adalah sebagai berikut:
1. Masa kanak-kanak adalah periode yang
merupakan dasar bagi kehidupan. Dalam tahun-tahun pertama kehidupan, artinya
pada masa kanak-kanak, dibentuk sikap, kebiasaan, dan perilaku yang sebagian
besar dibawa pada masa selanjutnya. Namun demikian, dapat pula terjadi
perubahan-perubahan selama perjalanan hidup yang mungkin disebabkan oleh
beberapa hal, di antaranya: (a) bimbingan dan bantuan orang lain, (b) cara-cara
menghadapi anak, (c) motivasi intrinsik yang kuat, dan (d) pengalaman yang
menyenangkan atau yang tidak menyenangkan.
2. Perkembangan disebabkan karena
kematangan dan belajar/latihan. Kematangan dan belajar/latihan adalah
sebab-sebab perkembangan yang saling berhubungan. Kematangan
menentukan kesiapan seseorang untuk belajar.
3. Semua individu berbeda
Memperhatikan perbedaan individu adalah penting sekali. Adanya perbedaan
individu tersebut menyebabkan: kemungkinan tidak adanya reaksi yang sama
terhadap rangsang yang sama dari lingkungan; tidak dapat diramalkan dengan
pasti bagaimana reaksi seseorang walaupun diketahui reaksi yang umum; tidak ada
kesamaan dalam menghadapi semua
anak/orang; dan tidak dapat diharapkan adanya prestasi yang sama dari semua anak/orang
seumur. Perbedaan individu dapat
disebabkan oleh: kesehatan, kesempatan untuk belajar, motivasi belajar,
kelompok sosial, lingkungan, dan sifat-sifat warisan.
4. Setiap periode perkembangan
mempunyai kekhususan.
Hal tersebut perlu diketahui dan diperhatikan dalam menghadapi individu,
agar supaya ia dapat dihadapi secara tepat.
Perkembangan ditandai adanya
perubahan-perubahan baik kuantitatif maupun kualitatif, adapun prinsip
perkembangan itu meliputi:
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak
pernah berhenti
Manusia
secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman
atau belajar sepanjang hayat. Perkembangann berlangsung secara
terus menerus sejak masa konsepsi hingga mencapai kematangan (masa tua).
b.
Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik,
psikis (emosi dan inteligensi) maupun sosial, satu sama lain saling
mempengaruhi. Misalnya anak dalam pertumbuhan fisik sering terganggu
kesehatannya (sakit), maka ia akan mengalami gangguan dalam aspek perkembangan
lainnya, seperti kecerdasannya menjadi kurang berkembang dan mengalami
kelabilan emosional.
c.
Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu
Perkembangan
terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil
perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya. Contoh, untuk dapat berjalan, seorang anak harus
dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya, yakni berlari atau meloncat.
d.
Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan
fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada tempo dan waktu yang
berbeda (ada yang cepat dan ada pula
yang lambat). Misal, (a) otak mencapai
bentuk ukuran yang sempurna pada usia 6-8 tahun, (b) tangan, hidung, dan kaki
mencapai pertumbuhan yang maksimum pada masa remaja, dan (c) imajinasi dan
kreativitas berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai
puncaknya pada masa remaja.
e.
Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
Prinsip
ini dapat dijelaskan dengan contoh berikut: (a) sampai umur 2 tahun, anak
memusatkan perhatian pada mengenal lingkungan, menguasai gerak-gerik fisik, dan
belajar berbicara, (b) pada umur 3-6
tahun, perkembangan dipusatkan pada sosialisasi yakni belajar bergaul
dengan orang lain, (c) pada usia remaja,
perkembangan berpusat pada membina hubungan dengan lawan jenis, (d) pada usia
dewasa, perkembangan berpusat pada persiapan dunia kerja dan perkawinan, dan
(e) pada usia lanjut, perkembangan dipusatkan pada persiapan menghadapi
pensiun.
f.
Setiap individu yang normal akan mengalami fase/tahap
perkembangan
Prinsip
ini berarti bahwa dalam menjalani hidup yang normal dan berusia panjang
individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, remaja,
dewasa, dan masa tua.
C. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin adolescence, artinya “tumbuh untuk
mencapai kematangan”. Lebih lanjut adolescence
memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik (Hurlock, 1991). Remaja berada
pada batas peralihan kehidupan dari anak menuju ke masa dewasa. Mappiare (1982) menyebutkan bahwa masa remaja
berlangsung antara umur 12 – 21 tahun bagi wanita dan 13 – 23 bagi pria. Hilgard (1987) menyatakan bahwa remaja
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja ditandai oleh adanya kematangan
seksual, memantapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga dan
menghadapi tugas menentukan cara mencari mata pencaharian. Batasan remaja sesungguhnya sulit
didefinisikan, bahkan Sarlito (1991) menyatakan tidak ada profil remaja
Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional.
Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson di
sebut dengan identitas ego (ego identity). Masa ini terjadi karena remaja merupakan
peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan kehidupan dewasa. Ditinjau dari segi fisik mereka bukan lagi
anak-anak melainkan seperti orang dewasa tetapi belum menunjukkan sikap dewasa.
Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat, mereka tidak termasuk golongan
anak-anak tetapi belum juga diterima secara penuh untuk golongan orang
dewasa. Oleh karena itu remaja sering
dikenal dengan fase ”mencari jati diri” atau “fase topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimum fungsi fisik maupun psikisnya (Monk, dkk,
1989). Yang perlu ditekankan pada remaja
ini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada
pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.
Karakteristik remaja yang berhubungan dengan pertumbuhan
(perubahan-perubahan fisik) ditandai oleh adanya kematangan seks primer dan sekunder. Sedangkan karakteristik yang relevan dengan
perkembangan (perubahan-perubahan aspek psikologis dan sosial).
1. Pertumbuhan Fisik:
Kematangan Seks Primer
Kematangan seks primer adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kematangan
fungsi reproduksi. Kematangan seks
primer bagi remaja perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Dengan timbulnya kematangan primer ini remaja
perempuan merasa sakit kepala, pinggang, perut, dan sebagainya yang menyebabkan
merasa capek, mudah lelah, cepat marah.
Adapun kematangan seks primer bagi remaja laki-laki ditandai dengan
mimpi basah (noeturnal emmission).
2.
Pertumbuhan Fisik: Kematangan Seks Skunder
Karekteristik seks skunder yaitu ciri-ciri fisik yang membedakan dua jenis
kelamin. Perubahan ciri-ciri skunder
pada remaja laki-laki nampak seperti timbulnya “pubic hair” rambut di daerah alat kelamin, timbulnya “axillary hair” rambut di ketiak,
seringkali tumbuh dengan lebat rambut di lengan, kaki, dan dada, kulit menjadi
lebih kasar dari pada anak-anak, timbulnya jerawat, kelenjar keringat bertambah
besar dan bertambah aktif sehingga banyak keringat keluar. Otot kaki dan tangan membesar, dan timbulnya
perubahan suara.
Karakteristik seks skunder remaja
perempuan ditandai seperti perkembangan pinggul yang membesar dan menjadi
bulat, perkembangan buah dada, timbul “pubic hair’ rambut di daerah kelamin,
tumbul “axillary hair” rambut di ketiak, kulit menjadi kasar dibandingkan pada
anak-anak, timbul jerawat, kelenjar keringat bertambah aktif sehingga banyak
keringat yang keluar dan tumbuhya rambut di lengan dan kaki.
3. Perkembangan Aspek Psikologis
dan Sosial
Karakteristik yang relevan dengan perkembangan (aspek psikologis dan
sosial) telah ditandai oleh adanya hal berikut: (1) emosionalitas tinggi; (2) keadaannya
tidak stabil; (3) sangat sugestibel; (4) mencari identitas diri; (5) pergaulan
dengan teman sebaya menjadi amat kuat (aktivitas kelompok); (6) tertarik pada
lawan jenis; (7) bersifat kritis; (8) berkeinginan besar mencoba segala hal
yang belum diketahuinya; (9) seringkali mengadakan pertentangan; (10) keinginan
menjelajah ke alam sekitar yang lebih
luas; dan (11) mengkhayal dan berfantasi.
Menurut Surakhmad (1980) remaja Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan
yang sempurna membawa peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin mereka, dapat
mempertimbangkan dan mengambil keputusan sendiri, melepaskan diri dari ikatan
emosional dengan orang tua, memulai hidup berkeluarga, memulai hidup dalam
ketatasusilaan dan keagamaan.
Lebih lanjut Hurlock (1991) menjelaskan bahwa ciri-ciri remaja sebagai berikut:
1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja merupakan
periode penting karena pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat dan penting
disertai dengan cepatnya perkembangan mental.
Pertumbuhan dan perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian
mental, sikap, nilai, dan minat baru
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Setiap periode peralihan, status individu tidaklah
jelas dan terdapat keraguan terhadap peran yang dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang
anak-anak dan juga bukan orang dewasa.
Kalaupun remaja berperilaku seperti anak-anak maka ia akan diajari
bertindak atau berbuat sesuai umurnya, namun kalau remaja berperilaku seperti
orang dewasa, ia sering dituduh “celananya kebesaran” dan dimarahi karena
mencoba berbuat seperti orang dewasa.
3) Masa remaja sebagai masa perubahan
Tingkat perubahan pada sikap dan perilaku selama
masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
perubahan perilaku dan sikap pun berlangsung pesat, begitu pula sebaliknya.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Dua kesulitan yang sering ditemui masa remaja dan
menjadi sumber masalah adalah: (1) sepanjang masa kanak-kanak sebagian
masalahnya diselesaikan oleh orangtua dan orang dewasa lain (guru) dan (2)
karena para remaja merasa diri mereka mandiri sehingga menolak bantuan orangtua
dan orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan masalahnya.
5)
Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun
awal remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi remaja
perempuan dan laki-laki. Lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dan sering tidak puas menjadi sama
dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya
6)
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip
budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan
cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi
kehidupannya karena takut bertanggungjawab dan bersikap simpatik terhadap
perilaku remaja normal
7) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah
para remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status
dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang
dan terlibat dalam perbuatan seks.
8)
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja seringkali
melihat diri sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik akan
menyebabkan meningginya emosi.
D. Keterkaitan Kematangan dan Pengalaman
Dalam pembahasan
mengenai pertumbuhan dan
perkembanagn remaja di atas telah
diuraikan beberapa aspek yang sedang dialami oleh setiap diri remaja –aspek
biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan ada dua aspek yang penting yang sangat menetukan keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua aspek itu
adalah kematangan dan pengalaman.
1. Kematangan
Pertumbuhan dan perkembangan berawal dari cetak biru (blue print) yang dibawa anak sejak
lahir. Bahwa setiap anak telah membawa potensi untuk menjadi dirinya sebagaimana
yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam masa-masa tertentu suatu
potensi mengalami kematangan (maturation).
Kematangan
adalah urutan perubahan teratur yang ditentukan oleh cetak biru genetic yang
kita punyai (Santrock, 2003). Dalam kondisi sempurna, maka pertumbuhan dan perkembangan
manusia akan berjalan dengan teratur. Keteraturan akan mengalami persoalan
manakala lingkungan tidak bersahabat bagi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Ibarat
menanam jagung, benih jagung bagus yang ditebar di tanah tandus akan tumbuh
menjadi jagung secara tidak sempurna, misalnya daunnya tidak lebat, biji
jagungnya tidak rata, sebaliknya dia akan tumbuh sempurna kalau ditebar di
tanah subur.
Jadi dalam proses tumbuh-kembang manusia ada waktu-waktu
tertentu dimana suatu kemampuan dalam kondisi matang, siap untuk ditumbuh-kembangkan.
Terkait dengan pertumbuhan kemampuan
otak manusia sebagaimana telah diuraikan di bab sebelumnya, maka peristiwa
kematangan ini didorong oleh adanya suatu kematangan kemampuan tertentu.
Apabila kematangan ini direspon dengan kesempatan dan fasilitas belajar yang
memadai, maka ia akan tumbuh dan berkembang membentuk suatu jaringan kompleks
pada otak manusia.
Terkait dengan aspek kematangan, pendidik harus peka
menemukan kapan masa kematangan suatu kemampuan muncul dan siap dengan program
pendidikan yang diharapkan. Keterlambatan menangkap peristiwa kematangan terhadap
suatu kemampuan akan berakibat kurang baik sebagaimana yang diharapkan.
2. Pengalaman
Pengalaman
memegang peranan penting bagi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan remaja
menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab. Dalam kaitan ini, pengalaman
menyangkut dua aspek yaitu pengalaman biologis dan sosial.
Pengalaman biologis yang dimaksud adalah persoalan gizi,
perawatan kesehatan, obat, dan kecelakaan fisik. Seorang anak yang mengalami
kekurangan gizi akan tumbuh secara tidak sempurna. Perawatan kesehatan yang
diperhatikan misalnya pengaturan waktu kerja, istirahat, dan tidur secara
proporsional akan mampu menjaga pertumbuhan dan perkembangan individu. Demikian
juga pemanfaatan obat-obatan baik untuk keperluan pengobatan sakit maupun
sebagai bagian suplemen tubuh akan sangat menentukan apakah seorang anak tumbuh
dengan baik. di samping itu, keinginnan remaja untuk tampil sebagai pahlawan di
antara kawan-kawannya seringkali membawa resiko kecelakaan fisik. Semua
peristiwa itu akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak remaja.
Aspek kedua adalah pengalaman sosial bersama dengan
orang-orang di lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat
sekitarnya. Pengalaman bergaul dengan orang lain dalam suasana yang akrab dan
sarat dengan pengalaman belajar akan membuat anak berkembang secara meyakinkan.
Dalam berbagai kesempatan, remaja lebih mengutamakan
hubungan berkawan ketimbang hubungan dengan orangtua. Mereka cenderung
mengutamakan pengalaman-pengalaman hidup yang dinikmati bersama
kawan-kawannnya. Bahkan seringkali remaja berani melakukan beberapa perbuatan
yang bisa jadi bertentangan dengan kehendak orangtua mereka. Oleh karena itu,
bagaimana penyesuaian diri remaja dengan orang lain perlu mendapatkan perhatian
orangtua. Hal terakhir ini akan diuraikan tersendiri pada bab terakhir.
Oleh karena pertumbuhan dan perkembangan remaja
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman hidup, maka muncul persoalan
mana yang lebih dominan. Dalam hal ini tidak bisa dipilih salah satu lebih baik
dari lainnya. Keduanya saling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
remaja. Hal yang paling pokok adalah bagaimana masa kematangan remaja
diidentifikasi dan bagaimana pendidik menfasilitasi remaja untuk mendapatkan
pengalaman yang berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.
RANGKUMAN
Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara bergantian. Keduanya
tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung satu dengan lainnya
bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan pada suatu waktu sebagai fungsi
kematangan dan interaksi dengan lingkungan.
Selain itu perkembangan merupakan proses perubahan akibat dari
pengalaman. Istilah perkembangan dapat
mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang
menampak.
Prinsip
perkembangan remaja meliputi: (1)
Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti, (2) Semua aspek
perkembangan saling mempengaruhi, artinya setiap aspek perkembangan individu,
baik fisik maupun psikis (emosi dan inteligensi) maupun sosial, satu sama lain
saling mempengaruhi, (3) Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu,
artinya perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu
dan setiap tahap perkembangan merupakan
hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya, (4) Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan, artinya perkembangan
fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada tempo dan waktu yang
berbeda (ada yang cepat dan ada pula
yang lambat), (5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas, dan (6) Setiap
individu yang normal akan mengalami fase/tahap perkembangan, artinya bahwa
dalam menjalani hidup yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami
fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua.
Karakteristik
remaja yang berhubungan dengan pertumbuhan (perubahan-perubahan fisik) ditandai
oleh adanya kematangan seks primer dan
sekunder. Sedangkan karakteristik yang
relevan dengan perkembangan (perubahan-perubahan aspek psikologis dan sosial).
Ditandai oleh: (1) emosionalitas tinggi; (2) keadaannya tidak stabil; (3) sangat
sugestibel; (4) mencari identitas diri; (5) pergaulan dengan teman sebaya
menjadi amat kuat (aktivitas kelompok); (6) tertarik pada lawan jenis; (7)
bersifat kritis; (8) berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum
diketahuinya; (9) seringkali mengadakan pertentangan; (10) keinginan menjelajah
ke alam sekitar yang lebih luas; dan
(11) mengkhayal dan berfantasi.
Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia
terdapat dua aspek penting yang berpengaruh yaitu kematangan dan pengalaman.
Kedua aspek bagaikan pendulum tingkat kepentingannya bagi terjadinya proses
pertumbuhan dan kematangan manusia.
Keduanya merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan oleh para pendidik.
PENDALAMAN
Untuk mengukur pengalaman belajar mahasiswa pada
tingkat standard ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka selesaikan tugas-tugas
berikut secara kelompok dan laporkan hasil pemahaman kelompok.
- Jelaskan
alasan-alasannya mengapa pertumbuhan dan perkembangan setiap individu
mengikuti prinsip berbeda antara remaja satu dengan lainnya!
- Manakah dari antara delapan ciri-ciri remaja yang paling sulit diprediksi? Jelaskan dan sertakan contoh-contohnya!
- Terkait dengan adanya faktor kematangan dan pengalaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, bagaimana seorang pendidik menyikapi kedua aspek tersebut?
DAFTAR RUJUKAN
Hurlock, Elisabeth
B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti, dkk.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mappiare. A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha
Nasional.
Monks, FJ, dkk.
1984. Psikologi Perkembangan: Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.
Santrock, J. W.
2003. Adolescence: Perkembangan Remaja.
Alih Bahasa: Shinto D. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.
Singgih D.Gunarsa dan Ny. Singgih D.G. 1990. Psikologi Remaja.
Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia.
Soesilo Windradini
dan Suwandi, Iksan. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Malang :
FIP IKIP MALANG .
Sunarto dan Hartono ,
Ny . Agung. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Depdikbud.
Surakhmad Winarno. 1980. Psikologi Pemuda. Bandung :
Jemars.
0 komentar:
Post a Comment